A small road in Cikareumbi Village, Cikidang Village, Lembang District, West Bandung Regency, Wednesday, October 19, 2016, was immediately flooded with red liquid during the tomato war. Thousands of residents thronged the area throwing rotten tomatoes at each other. There are also those who take refuge in people’s homes to avoid.
Residents who had been hit by tomato throwing again threw tomatoes in various directions. They didn’t seem to care about his clothes that were already covered with rotten tomato liquid. Some residents shouted hysterically, others laughed at the action of the tomato war. Accompanied by Sundanese music, the tomato war lasted about 30 minutes. When the tomato war sign whistle sounded, the residents immediately stopped the tomato war and danced together to the accompaniment of traditional music.
This year’s Rempug Tarung Adu Tomat Cikareumbi was held for the fifth time. This activity begins with tumpeng parades and jampana produce. A total of 40 people consisting of two camps started the war. They wore black pangsi clothes equipped with masks and shields made of woven bamboo. Sundanese culturalist Masnanu Muda revealed that the tomato war was the culmination of the Cikareumbi overtime ruwat for three days in welcoming the month of Muharram. A total of 2 tons of tomatoes were thrown in different directions regardless of the target. According to him, the tomato war contains various philosophies. Among other things, discarding and throwing human vices. “These war troops wear masks that can be interpreted as human vices. That’s why he deserves to be thrown a rotten tomato,” he said.
said Abah nanu, the tomato war started from the number of rotten tomatoes scattered on the streets. Farmers at that time were reluctant to sell the tomato harvest because the selling price plummeted greatly. As a result, thousands of tomatoes were simply thrown away.
From the events that occurred in 2010, the idea came up to use the rotten tomatoes into bullets for the tomato war. By being one of a series of overtime celebrations, the tomato war is expected to become a tourist attraction and local culture. After the tomato war, the village road that had been flooded with tomato liquid was immediately cleaned up. The rest of the tomatoes are then processed into compost so that they can still be used.
ShareSebelum acara perang tomat di mulai, para warga sekitar menggelar helaran ebelum aksi perang tomat di Kampung Cikareumbi, Desa Cikidang, Lembang, Kabupaten Bandung,
(19/10/2016). Kegiatan ini merupakan bentuk syukur atas diberikannya tanah yang subur dan air yang melimpah, serta sebagai
ungkapan membuang sial segala macam hal buruk atau sifat tidak baik dalam diri masyarakat maupun yang berkaitan dengan penyakit
tanaman.
Warga kenakan bakul untuk menutupi wajah dan tubuhnya dari serangan warga lain dalam aksi perang tomat di Kampung Cikareumbi, Desa
Cikidang, Lembang,Kabupaten Bandung, (19/10/2016). Kegiatan ini merupakan bentuk syukur atas diberikannya tanah yang subur dan air
yang melimpah, serta sebagai ungkapan membuang sial segala macam hal buruk atau sifat tidak baik dalam diri masyarakat maupun yang
berkaitan dengan penyakit tanaman.
Warga kenakan bakul untuk menutupi wajah dan tubuhnya dari serangan warga lain dalam aksi perang tomat di Kampung Cikareumbi, Desa Cikidang, Lembang,Kabupaten Bandung, (19/10/2016). Kegiatan ini merupakan bentuk syukur atas diberikannya tanah yang subur dan air yang melimpah, serta sebagai ungkapan membuang sial segala macam hal buruk atau sifat tidak baik dalam diri masyarakat maupun yang berkaitan dengan penyakit tanaman.
Warga kenakan bakul untuk menutupi wajah dan tubuhnya dari serangan warga lain dalam aksi perang tomat di Kampung Cikareumbi, Desa Cikidang, Lembang,Kabupaten Bandung, (19/10/2016). Kegiatan ini merupakan bentuk syukur atas diberikannya tanah yang subur dan air yang melimpah, serta sebagai ungkapan membuang sial segala macam hal buruk atau sifat tidak baik dalam diri masyarakat maupun yang berkaitan dengan penyakit tanaman.
Warga memperlihatkan tomat busuk pasca aksi perang tomat di Kampung Cikareumbi, Desa Cikidang, Lembang, Kabupaten Bandung, (19/10/2016). Kegiatan ini merupakan bentuk syukur atas diberikannya tanah yang subur dan air yang melimpah, serta sebagai ungkapan membuang sial segala macam hal buruk atau sifat tidak baik dalam diri masyarakat maupun yang berkaitan dengan penyakit tanaman.
Sejumlah anak-anak turut meramaikan ruatan perang perang tomat di Kampung Cikareumbi, Desa Cikidang, Lembang, Kabupaten Bandung,
(19/10/2016). Kegiatan ini merupakan bentuk syukur atas diberikannya tanah yang subur dan air yang melimpah, serta sebagai
ungkapan membuang sial segala macam hal buruk atau sifat tidak baik dalam diri masyarakat maupun yang berkaitan dengan penyakit
tanaman.
0 Thoughts on Tomato Wars